Kisah Heroik Danjen Kopassus Memburu Perusuh Konflik Ambon di Tengah Bidikan Sniper dan Bom

Maraknya peredaran senjata organik dipicu oleh pembobolan gudang senjata Polri di Desa Tantui semasa konflik 1999-2000. Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang.
Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televisi 17 inci. Bayangkan bila bom digunakan untuk menyerang keramaian masyarakat.
Para perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangan sporadis. Tembakan dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos-pos aparat untuk memancing kerusuhan antar warga.
“Kami terkejut karena mendengar jenis letusan senjata yang digunakan sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm dan mortar terdengar bersautan. Belum lagi serangan panah, tombak, parang, golok, klewang hingga letupan letupan bom molotov. Perusuh juga menggunakan alat pelontar bom yang bias menjangkau jarak 250 meter,” kata Nyoman.
Tim Kosektor-1 segera menganalisis situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh dan Papua.
Malam hari tanggal 19 Januari 2001, saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di dekat pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncul kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada di sekitar Hotel Wijaya II. Beberapa pos aparat yang diserang segera mendapat bantuan pada saat bersamaan.
Naluri seorang prajurit Kopassus mendorong Nyoman Cantiasa untuk menganalisis cepat situasi di lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung memantau asal pancaran senjata api di tengah kegelapan.
Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama lima menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk smementara waktu.
Tiba-tiba disaluran HT terdengar makian perusuh, “Arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”
Editor: Reza Yunanto