get app
inews
Aa Text
Read Next : Identitas 3 Prajurit Kopassus Korban Luka Kerusuhan Yalimo, Sempat Dikepung di Pos Maleo

Kisah Heroik Danjen Kopassus Memburu Perusuh Konflik Ambon di Tengah Bidikan Sniper dan Bom

Jumat, 28 Januari 2022 - 17:03:00 WIT
Kisah Heroik Danjen Kopassus Memburu Perusuh Konflik Ambon di Tengah Bidikan Sniper dan Bom
Letjen Nyoman Cantiasa saat menjabat Danjen Kopassus 2019-2020. (Foto: kopassus.mil.id).

AMBON, iNews.id - Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Letjen TNI I Nyoman Cantiasa pernah bertugas di wilayah konflik Ambon. Bersama prajurit Kopassus dia memburu para perusuh untuk meredam konflik berkepanjangan.

Hal itu terjadi pada 2001 silam. Lulusan terbaik Akmil 1990 peraih Adhi Makayasa yang kini menjabat sebagai Pankogabwilhan III ini berhasil melaksanakan tugasnya dengan cemerlang.

Semua berawal pada 5 Januari 2001. Saat itu tim Kopassus bersama-sama Marinir dan Paskhas dalam satuan tugas gabungan Komando Sektor (Kosektor)-1/ gabungan TNI Maluku/Maluku Utara yang dipimpin Asisten Intelijen Danjen Kopassus Kolonel NG Sugihartha berangkat ke Ambon. 

Keberangkatan itu setelah mendapat perintah tugas mendadak pada tanggal 1 Januari 2001.

Prajurit Kopassus. (Foto dok iNews.id).
Prajurit Kopassus. (Foto dok iNews.id).

Cantiasa yang waktu itu berpangkat kapten menjadi anggota tim Kosektor-1 melihat bagaimana warga kehilangan nyawa saat berjalan di ruang terbuka akibat gangguan para sniper yang disebar oleh pihak bertikai di gedung-gedung kosong untuk menteror kota Ambon. 

Setiap hari ada saja laporan warga dari dua komunitas yang mengadukan kerabatnya menjadi korban sniper terus masuk. Situasi bertambah parah setelah kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dan milisi luar Ambon terutama dari Pulau Jawa ikut memperkeruh suasana disertai pasokan senjata dan bahan peledak yang juga membanjiri dari luar Maluku dan dari luar negeri. 

Maraknya peredaran senjata organik dipicu oleh pembobolan gudang senjata Polri di Desa Tantui semasa konflik 1999-2000. Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang. 

Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televisi 17 inci. Bayangkan bila bom digunakan untuk menyerang keramaian masyarakat. 

Para perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangan sporadis. Tembakan dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos-pos aparat untuk memancing kerusuhan antar warga. 

“Kami terkejut karena mendengar jenis letusan senjata yang digunakan sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm dan mortar terdengar bersautan. Belum lagi serangan panah, tombak, parang, golok, klewang hingga letupan letupan bom molotov. Perusuh juga menggunakan alat pelontar bom yang bias menjangkau jarak 250 meter,” kata Nyoman.

Prajurit Kopassus pernah diterjunkan dalam konflik Ambon. (Foto: kopassus.mil.id)
Prajurit Kopassus pernah diterjunkan dalam konflik Ambon. (Foto: kopassus.mil.id)

Tim Kosektor-1 segera menganalisis situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh dan Papua. 

Malam hari tanggal 19 Januari 2001, saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di dekat pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncul kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada di sekitar Hotel Wijaya II. Beberapa pos aparat yang diserang segera mendapat bantuan pada saat bersamaan.

Naluri seorang prajurit Kopassus mendorong Nyoman Cantiasa untuk menganalisis cepat situasi di lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung memantau asal pancaran senjata api di tengah kegelapan. 

Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama lima menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk smementara waktu.

Tiba-tiba disaluran HT terdengar makian perusuh, “Arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”

Rupanya, saluran komunikasi TNI - Polri telah disadap oleh perusuh. (Arjuna-2 merupakan panggilan sandi Nyoman Cantiasa sebagai Kepala Seksi Operasi Kosektor-1) 

Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan perusuh untuk menggalang kekuatan kembali. Menjelang malam 21 januari 2001, mereka menyerang lagi pos - pos dari berbagai arah. 

Dari hasil observasi para perusuh menempati gedung - gedung kosong yang telah rusak dikoyak kerusuhan. Aparat setempat yang pada umumnya lebih mengedepankan kegiatan pembinaan warga, belum menguasai teknik perang kota. Tetapi, rapat tetap segera digelar Kosektor-1 dengan aparat setempat untuk menyerang perusuh di gedung - gedung kosong. 

Tanggal 22 Januari 2001, pukul 02.00 dini hari, Nyoman Cantiasa segera menghadap Panglima Kodam XVI Pattimura Mayor Jenderal M Yasa untuk melaporkan perkembangan situasi terakhir karena perusuh semakin berani dan brutal. Ketika itu Kodam sedang mendapat bantuan Batalyon Gabungan (Yon Gab) Kopassus - Paskhas - Marinir di bawah pimpinan perwira Kopassus Mayor Ricky Samuel. 

Kosektor-1 segera mendapat bantuan satu kompi Yon Gab dengan unsur utama Kopassus dibantu Paskhas dan Marinir. Sasaran utama Hotel Wijaya II yang menjadi sarang perusuh dan sniper. Batalyon Pemukul Sektor juga diperbantukan untuk mengamankan lingkaran luar hotel yang akan diserbu. 

Pasukan Korps Baret Merah atau Kopassus. (Foto: Penkopassus).
Pasukan Korps Baret Merah atau Kopassus. (Foto: Penkopassus).

Setelah Pangdam memberi lampu hijau untuk menyerang perusuh, pukul 05.00 WIT pasukan langsung bergerak kearah Hotel Wijaya II. Serangan pembukan dilakukan dengan granat kejut dan rentetan tembakan. Dengan cepat pasukan masuk dan menyerbu ruangan demi ruangan. Ledakan granat kejut dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana.

Sungguh pertempuran kota seperti pertempuran Stalinggrad di Uni Soviet semasa perang dunia II. Pada saat bersamaan, patroli Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ambon berpatroli memblokir laut mencegah kaburnya perusuh atau datangnya bantuan dari laut.

Pembersihan hotel berlangsung hingga pukul 07.00. Aparat bertekad menangkap mereka hidup - hidup. Beberapa mencoba lari tapi berhasil dikejar di sekitar hotel dan banyak juga yang menyerah tanpa syarat. 

Para perusuh sudah setahun menempati Hotel Wijaya II itu dan tidak pernah mengira aparat akan berani masuk menyerbu. Banyak dari mereka yang ditangkap ternyata dalam keadaan mabuk dan sisa - sisa pesta ditemukan dalam hotel. 

Tak disangka bahwa saat masyarakat Ambon dicekam ketakutan, ternyata para perusuh justru berpesta pora. Sebagian dari perusuh yang ditangkap adalah warga sipil, mantan tentara dan polisi yang ditangkap atau desersi. 

Tim gabungan di lokasi juga menyita revolver, pistol FN 46, Colt 38, serta beragam senapan seperti AK 101, AK 102, Lee Enfield (LE), SKS, MK-1, MK-3, SS-1, M-16, SPR, US Carabine 30mm, Ruger mini, Mauser, senapan dan bom rakitan disertai dokumen berisi catatan serangan dan rencana serangan.

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut