Sejarah Rempah-Rempah Maluku, Aroma Kebangsawanan hingga Santapan Para Dewa
Selain dewa-dewa Pagan, tampaknya dewa-dewa Romawi juga menyukai rempah. Ketika Hercules dalam puisi Seneca berterima kasih kepada dewa-dewa atas kejayaannya, dia memerintahkan disiapkan persembahan terbaik bersama rempah-rempah India. Dalam hal ini tentu yang dimaksud adalah rempah-rempah Nusantara yang dibawa melalui India.
Cengkeh, pala, dan kayu cendana juga digunakan dalam beberapa persiapan upacara suci. Dalam risalah dijelaskan, cengkeh, pala, dan kapur barus (tanpa sirih) merupakan campuran bahan obat untuk menghilangkan bau mulut.
Rempah-rempah tidak saja bermanfaat bagi kepentingan ritual kuburan dan orang mati, tetapi juga digunakan untuk melindungi raga/jasad manusia yang masih hidup.
Dalam pola pikir abad pertengahan, rempah-rempah bermakna sama dengan obat-obatan. Ketika rempah-rempah menjadi cita rasa yang populer saat itu, lalu karakteristik dari aromanya mendapat beragama tanggapan. Semua orang sepakat bahwa baunya sensual, rempah-rempah berbau khas surgawi.
Hasrat untuk mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya mendorong kalangan pemodal besar dan pihak kerajaan Spanyol dan Portugis untuk membiayai Christopher Columbus, Vasco da Gama dan Fernando Magelhans masing-masing dengan armadanya yang cukup besar. Di samping itu, bukan saja pedagang-pedagang Islam yang menguasai jaringan perdagangan rempah-rempah, tetapi juga terlibat di dalamnya pedagang Tiongkok, India, Melayu dan Yahudi.
Memang harus diakui, bahwa selama perjalanan rempah-rempah dari Timur ke Barat, para pedagang perantara yang berbeda budaya dan agama itu akan terus meningkatkan harga, sehingga setelah tiba di Eropa, harganya sudah mencapai 1000% bahkan lebih besar lagi. Dengan biaya semacam itu, timbul aura kemewahan, bahaya, jarak, dan profit yang berlipat ganda.
Rempah-rempah yang dulu dikenal dengan asap suci yang melambangkan aroma Tuhan. Ditandai dengan pembakaran dupa bersama rempah atau pembalsaman mayat dengan aneka rempah perlahan mulai ditinggalkan oleh agama mayoritas.
Sumber : Jalur Rempah Kemdikbud
Editor: Donald Karouw