get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Boltim M5,3 Terasa hingga Kepulauan Sula Maluku, Ini Analisis BMKG

Sejarah Rempah-Rempah Maluku, Aroma Kebangsawanan hingga Santapan Para Dewa

Selasa, 08 November 2022 - 16:45:00 WIT
Sejarah Rempah-Rempah Maluku, Aroma Kebangsawanan hingga Santapan Para Dewa
Rempah-rempah Maluku yang punya kisah sejarah panjang di masa lampau dan dikenal sebagai aroma Tuhan. (Foto : Freepik)

Dari tempat asalnya di pulau-pulau kecil tropis dan vulkanis (Ternate, Tidore, Makian, Moti dan Bacan serta Banda Neira) pala, fuli dan cengkeh mengalir ke pasar Venezia, Belgia dan London melewati jalur yang berliku-liku, mengelilingi setengah bumi, dibawa manusia dari berbagai suku, bangsa, bahasa yang berbeda. Sebuah perjalanan panjang yang ditempuh pemilik aroma surgawi.

Jamuan para Bangsawan dan Santapan para Dewa

John dari Hautevile dalam Archithrenius pernah menulis 'Kebangsawanaan dinilai dari kemewahan sebuah meja makan dan oleh cita rasa yang terpuaskan lewat pengeluaran yang besar'. Nyatanya hal ini sangat tergambar bagaimana rempah menjadi jamuan bangsawan yang dinilai super mewah, tidak hanya karena cita rasanya namun juga aromanya.

Seperti terlihat di jamuan makan malam Pangeran Henque dari Portugis, yang pada malam Natal tahun 1414 sebelum menyerang bangsa Moor. Pangeran Henrique menyediakan jamuan mewah untuk para bangsawan, mulai dari berbehel-behel anggur, manisan, gula dan buah-buahan sebagai jamuan supermewah dia menyediakan rempah-rempah, aroma dan cita rasa surga yang ditunggu para bangsawan.

Pada masa jarak setengah millenium, aroma rempah-rempah berarti aroma kebangsawanan. Sebagian besar pesonanya berasal dari sisi misteri dan keglamorannya, efek intens yang dihasilkan oleh imajinasi utopia. Rempah-rempah adalah lambang “kehidupan yang lebih baik”, suatu konsep yang terus diburu kaum bangsawan Eropa abad pertengahan lewat ritualnya, permadani dindingnya dan literatur dunia khayalnya.

Rempah-rempah memang dapat disederhanakan sebagai sarana pengukur prestise ekonomi belaka pada masa tersebut. Terlebih mitos komoditas ini diyakini mewakili sesuatu yang eksotis nan magis, yaitu aroma kesucian yang disukai para dewa.

Jauh sebelum adanya bukti rempah-rempah dikonsumsi, komoditas ini telah digunakan dalam laku religius maupun magis. Rempah-rempah umumnya dibakar dalam dupa atau dilemparkan begitu saja ke dalam api di perapian arang kuil selama proses ritual keagamaan. Ada juga yang menjadikan rempah-rempah ini sebagai bahan wewangian dan salep yang dioleskan kepada patung pemujaan.

Seperti dikatakan Turner bahwa paganisme pada dasarnya identik dengan bau-bauan. Selain di festival-festival besar, aroma rempah-rempah, dupa dan wewangian juga meresap ke dalam seluruh bagian ritual agama kuno layaknya agama masuk ke dalam kehidupan.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut