Kejayaan Rempah Indonesia di Masa Lampau, Kapal Dagang Asing Silih Berganti ke Malut
Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam kunjungannya di Malut menyampaikan harapannya agar kejayaan rempah Malut pada masa lampau tidak hanya menjadi catatan sejarah untuk dibaca, tetapi harus bisa diwujudkan kembali.
"Maluku Utara telah menarik para pedagang dari berbagai penjuru, bahkan sebelum bangsa Eropa menginjak kaki di Nusantara," ujar Ma'ruf Amin.
Pemerintah Pusat pasti akan mendukung pemda di Malut dalam upaya menghidupkan kembali kejayaan rempah Malut, termasuk merevitalisasi tanaman rempah di seluruh sentra pengembangan rempah di provinsi kepulauan ini.
Tanaman rempah di Malut harus diupayakan dapat kembali menjadi salah satu penggerak utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Malut dan pada saat yang sama juga dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan para petani rempah, termasuk para pelaku usaha yang memanfaatkan bahan baku rempah.
Mengembalikan kejayaan rempah Malut juga menjadi harapan Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba serta seluruh pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat di Malut. Karena, rempah tetap menjadi tanaman unggulan para petani setempat.
Berbagai program yang searah dengan upaya mengembalikan kejayaan rempah Malut telah dilakukan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, misalnya, membagikan bibit cengkih dan pala gratis kepada petani, yang dalam 5 tahun terakhir mencapai lebih dari 60.000 bibit tanaman.
Kegiatan yang digelar di Malut, terutama yang berskala nasional, juga selalu dimanfaatkan menyuarakan eksistensi Malut sebagai penghasil rempah sejak zaman dahulu, seperti pada penyelenggara Sail Tidore 2022 di Kota Tidore Kepulauan pada November 2022.
Luas areal cengkih di Malut tercatat 12.000 ha lebih dengan produksi 2022 sekitar 8.000 ton atau 5 persen dari produksi cengkih nasional 149.000 ton, sedangkan luas areal pala di Malut 21.000 ha dengan produksi 14.000 ton atau 37 persen dari produksi pala nasional 37.800 ton
Editor: Kurnia Illahi