Cerita Petani Porang di NTT Raup Miliaran, Pembeli Datang Langsung Bawa Uang Satu Koper

"Awalnya porang ini merupakan tanaman liar, namun ketika berjalannya waktu, saya melihat peluang baik di Indonesia dan luar negeri, ternyata tanaman porang ini menjadi komoditi andalan di kemudian hari. Sehingga keyakinan seperti itu saya membentuk gerakan masyarakat atau umat untuk tanam porang," kata Romo Bernad.
Dikatakannya, sampai saat ini kelompok yang masih bertahan adalah Abdi Kasih. Tentu supaya hasilnya bagus atau maksimal, Romo Bernad mengirim ketua kelompok, Agustinus untuk studi ke Jepang selama 9 bulan. Di sana untuk studi kepemimpinan, dan belajar mengolah tanah menjadi profesional.
"Terbukti porang yang ditanam ini betul-betul lahan diolah secara profesional. Sehingga sekarang sudah bisa lakukan perdana, dan hasil umbi dengan beratnya per pohon 8 sampai belasan kg. Jadi panen hasil ini setelah lahannya diolah secara profesional,” ucapnya.
Editor: Donald Karouw