get app
inews
Aa Text
Read Next : 5 Lagu Bahasa Madura Viral, Unik dan Menghibur

Suku Buton: Asal Usul, Bahasa hingga Kasta

Selasa, 06 September 2022 - 14:39:00 WIT
Suku Buton: Asal Usul, Bahasa hingga Kasta
Suku Buton merupakan salah satu suku di Indonesia yang mendiami Sulawesi Tenggara (Sultra), tepatnya di Pulau Buton. (Foto: kebudayaan.butonkab.go.id).

Berikut nama-nama kampung dan menterinya yang ada pada awal terbentuknya kerajaan Buton:

1. Wilayah Barangkatopa dikepalai Bonto Sitamanajo.

2. Wilayah Gundu-gundu dikepalai Bonto Sijawangkati.

3. Wilayah Peropa dikepalai Bonto Betoambari.

4. Wilayah Baluwu dikepalai Bonto Sangiariarana.

Keempat Bonto atau menteri ini membentuk lembaga pemerintahan yang disebut patalimbona. Patalimbona terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya wilayah kekuasaan pemerintahan kerajaan Buton. 

Menteri yang ada di Kesultanan Buton terus bertambah hingga menjadi sembilan menteri. Selanjutnya dikenal sebagai siolimbona yang artinya sembilan menteri utama.

Sistem kasta

Masyarakat Suku Buton menganut sistem kasta dalam kehidupan bermasyarakatnya. Sistem ini telah diterapkan sejak kerajaan Buton berdiri. Sistem kasta yang hanya diterapkan pada sistem pemerintahan dan ritual keagamaan saja. 
Berikut sistem kasta pada Suku Buton:

1. Kaomu atau Kaumu (kaum ningrat/bangsawan) keturunan dari raja Wa Kakaa. Raja atau Sultan dipilih dari golongan ini.

Walaka, (elit penguasa), yaitu keturunan menurut garis bapak dari Founding Fathers Kerajaan  buton (mia patamiana). Mereka memegang jabatan penting di Kerajaan seperti menteri dan dewan. Mereka pula yang menunjuk siapa yang akan menjadi Raja atau Sultan berikutnya.

2. Papara atau disebut masyarakat biasa yang tinggal di wilayah kadie (desa) dan masih merdeka. 

Mereka dapat dipertimbangkan untuk menduduki jabatan tertentu di wilayah kadie, tetapi sama sekali tidak mempunyai jalan kepada kekuasaan di pusat.

3. Babatua (budak), orang yang hidupnya bergantung terhadap orang lain atau memiliki utang. Mereka dapat diperjualbelikan atau dijadikan hadiah.

4. Analalaki dan Limbo. 

Merupakan golongan kaomu dan walaka yang diturunkan darajatnya kerana melakukan kesalahan sosial dan berlaku tidak pantas sesuai dengan status sosialnya.

Bahasa

Masyarakat Suku Buton memiliki bahasa daerah beragam. Hingga kini dapat ditemui lebih dari 30-an bahasa daerah dengan berbagai macam dialek. Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Buton.

Pada perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta mulai digantikan oleh bahasa Arab seiring masuknya Ajaran Islam di Kerajaan Buton pada abad ke-15 M. 

Banyaknya penggunaan bahasa Arab pada kosakata bahasa Buton menunjukkan tingginya pengaruh Islam dalam Kesultanan Buton. Selain itu bahasa Buton juga menyerap unsur-unsur bahasa melayu. 

Berikut beberapa bahasa yang digunakan Suku Buton : 

1. Wolio

2. Cia-Cia

3. Pancana

4. Kulisusu

5. Busoa

6. Kaimbulawa

7. Kamaru

8. Binongko

9. Wanci
10. Kaledupa

11. Tomia

Kepercayaan suku Buton 

Sebelum masuknya pengaruh Hindu ke Buton oleh bangsa Majapahit pada abad ke-13 dan Islam yang dibawah pada abad 15, masyarakat Suku Buton mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). 

Masuknya agama Hindu maupun Islam mendorong masyarakat Suku Buton untuk mulai menganut agama tersebut. Namun, mereka tidak meninggalkan kepercayaan asli, seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. 

Contohnya, masyarakat nelayan Wakatobi khususnya masyarakat Tomia mengenal adanya Dewa laut Wa Ode Maryam yang dipercaya dapat menjaga mereka dalam mengarungi lautan Banda yang terkenal ganas. 

Selain itu, masyarakat Buton juga mengenal Dewa yang melindungi keberadaan hutan yang dikenal dengan nama Wa Kinam****. Namanya tidak boleh disebutkan atau hanya diucapkan dengan cara berbisik.

Masuknya Islam ke Buton pada abad ke-15 yang dibawa seorang ulama berkebangsaan Arab yang berasal dari Semenanjung Melayu (Johor) bernama Syeikh Abdul Wahid juga telah meletakkan dasar-dasar Ilmu Fiqih kepada Kesultanan dan masyarakat Buton. 

Ilmu Fiqih merupakan ilmu Islam yang mempelajari hukum dan peraturan tentang hak dan kewajiban umat terhadap Allah SWT dan sesama manusia sehingga masyarakat Buton dapat hidup sesuai kaidah Islam. 

Kemudian, pada abad ke-16 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf di Buton, yang dibawa oleh Sufi yang berasal dari Aceh.

Editor: Kurnia Illahi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut