Pahlawan Nasional dari Maluku, Kobarkan Perang Wawane hingga Rebut Benteng Duurstede

Sultan Babullah diangkat sebagai Sultan Ternate pada 1950 menggantikan ayahnya Sultan Hairun yang dibunuh oleh Portugis. Terjadi perang antara Ternate dan Portugis sejak 1570 hingga 1575 karena sejak kematian ayahnya Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang hingga semua orang Portugis terusir dari daerah kekuasaannya.
Pengepungan Sao Paulo, Benteng Portugis merupakan tindakan pertamanya dan berlangsung sampai lima tahun lamanya hingga Portugis menyerah. Setelah wafatnya pada Juli 1583, dia digantikan oleh Sultan Said yang berkuasa sejak 1583 hingga 1606.
Mr. Johannes Latuharhary dilahirkan dalam satu keluarga guru pada 6 Juli 1900 di Desa Ulath, Pulau Saparua. Beliau merupakan keturunan dari keluarga besar Latuharhary dari Desa Haruku, Pulau Haruku. Beliau merupakan putra Maluku pertama yang berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Leiden, Belanda.
Sekembalinya ke Indonesia, dia menjadi advokat yang berjuang untuk menolong rakyat kecil dalam penegakan hukum dan keadilan untuk melawan pemerintah Belanda yang sewenang – wenang.
Selain itu dia juga aktif dalam Sarekat Ambon dan pergerakan nasional, bahkan kemudian memimpin Sarekat Ambon. Setelah kemerdekaan, Mr. J. Latuharhary diangkat menjadi Gubernur Maluku pertama yang berkedudukan di Yogyakarta.
Mr. Johannes Latuharhary kembali ke Ambon setelah pemberontakan RMS ditumpas pada 1950. Dia meninggal dunia pada 8 November 1959 di Jakarta dan dianugerahi Bintang Jasa Mahaputra Pratama oleh Pemerintah Indonesia.
Kapitan Kakiali merupakan seorang putra Tepil yang digelari Kapitan Hitu dan merupakan keturunan Perdana Jamilu ( Nusapati), dan salah seorang dari para pemimpin Hitu di Jasirah Hitu, Ambon.
Kakiali merupakan pahlawan dalam perang Hitu I pada 1634 hingga 1643 melawan VOC. Pada 1935 Kakiali ditangkap dengan tipu daya Belanda ketika berunding dan dibuang ke Batavia serta dipulangkan ke Hitu pada 1637 untuk menentramkan rakyat Hitu yang semakin bergolak.
Bersamaan dengan itu juga datang Gubernur Jenderal van Diemen yang menjalankan politik adu domba dengan meminta bantuan Sultan Hamzah dari Ternate untuk melawan Hitu.
Saat Kakiali sedang menyusun rencana untuk meminta bantuan Makassar, dia dikhianati oleh teman-temannya. Kapitan Kakiali dibunuh oleh Fransisco de Toire, orang Spanyol yang disogok uang oleh Belanda.
Kakiali ditikam dengan keris saat sedang tidur dan meninggal seketika. Perjuangannya diteruskan oleh Kapitan Tulukabessy dan Imam Rijali pada Perang Hitu II, 1643 hingga 1646.
Itulah pembahasan mengenai Pahlawan Nasional dari Maluku.
Editor: Kurnia Illahi