get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Hari Ini Guncang Buru Maluku, Terasa hingga Ambon

Pahlawan Nasional dari Maluku, Kobarkan Perang Wawane hingga Rebut Benteng Duurstede 

Senin, 08 Agustus 2022 - 14:56:00 WIT
Pahlawan Nasional dari Maluku, Kobarkan Perang Wawane hingga Rebut Benteng Duurstede 
Ilustrasi, pahlawan nasional dari Maluku. (Foto: kemendikbud.go.id).

JAKARTA, iNews.id - Pahlawan Nasional dari Maluku memiliki peran penting dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Jasa mereka perlu diketahui dan diteladani generasi saat ini dalam membangun bangsa.

Pemberian gelar pahlawan nasional kepada para pejuang, termasuk asal Maluku diatur dalam UU No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan. 

Berikut deretan pahlawan nasional dari Maluku :

Kapitan Pattimura 

Thomas Matulessy atau yang dikenal sebagai Kapitan Pattimura merupakan sosok pahlawan nasional asal Haria, Saparua, Maluku. Lahir, 8 Juni 1783 di Haria, Saparua, Maluku. 

Kapitan Pattimura merupakan sosok pemimpin pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura pada 1817. Salah satu pertempuran terbesar yang dipimpinnya berhasil merebut Benteng Duurstede dari tangan Belanda. 

Setelah ditangkap oleh Belanda, Kapitan Pattimura gugur dieksekusi di tiang gantung di benteng Victoria pada 1817. Kapitan Pattimura kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 6 November 1973 melalui SK No.087/TK/1973.

Johannes Leimena

Dr. Johanes Leimena lahir di Ambon, Maluku pada 6 Maret 1905 dan wafat di Jakarta pada 29 Maret 1977 di usia 72 tahun. Johannes Leimena diangkat sebagai pahlawan nasional dari Maluku melalui SK No. 52/TK/2010 pada tanggal 11 November 2010.

Johannes Leimena pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Sosial, Menteri Distribusi, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Ketua Umum Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Menteri Kesehatan dan pendiri GMKI. 

Johannes Leimena dilahirkan dalam keluarga guru dari Desa Ema di Ambon, menempuh pendidikan sebagai dokter di STOVIA Jakarta dan tamat pada 1930. 

Sejak mahasiswa Johannes Leimena sudah aktif di bidang politik dan masuk organisasi politik bernama Sarekat Ambon, menjadi Ketua Umum Yong Ambon sejak 1925 dan ikut serta dalam persiapan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. 

Brigjen Pol Anumerta Karel Satsuit Tubun

Pahlawan nasional dari Maluku selanjutnya, Brigjen Pol Anumerta Karel Satsuit Tubun. Lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 dan wafat di Jakarta pada 1 Oktober 1965. 

Setelah lulus menjadi anggota Polri, Johannes Leimena ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon berpangkat Agen Polisi Kelas Dua atau Bhayangkara Dua Polisi. Johannes Leimena ikut serta dalam operasi Trikora untuk menuntut pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dari Belanda.

Setelah keberhasilan mendapatkan kembali Irian Barat, Johannes Leimena kemudian ditugaskan untuk mengawal kediaman Dr. J. Leimena sebagai Wakil Perdana Menteri saat itu. 

K.S. Tubun tewas pada peristiwa G 30S PKI dan diberi gelar sebagai pahlawan Revolusi. Namanya diabadikan sebagai nama Kapal Perang RI berjenis Fregat kelas Ahmad Yani, yaitu KRI Karel Satsuit Tubun.

Martha Christina Tiahahu

Martha menjadi pejuang perempuan dari Maluku yang wafat pada usia 17 tahun. Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut pada 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda pada 2 Januari 1818. 

Martha Christina Tiahahu seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusa Laut, putri dari Kapitan Paulus Tiahahu dari negeri Abubu, seorang pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura pada 1817. 

Martha Christina Tiahahu mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran dan memberi semangat kepada kaum perempuan di seluruh negeri untuk ikut berjuang. Saat ayahnya ditangkap dan mendapatkan vonis hukuman tembak, Martha Christina Tiahahu berusaha membebaskan ayahnya, namun gagal.

Dia memilih bergerilya dan tertangkap hingga menemui ajal di Kapal Perang Eversten. Jasadnya diluncurkan ke Laut Banda dengan penghormatan militer. Martha Christina Tiahahu mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Maluku pada 20 Mei 1969.

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan lahir di Soasiu, Tidore pada 1738 dan wafat di Tidore pada 14 November 1805. Beliau merupakan Sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada tanggal 13 April 1779. 

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan memiliki gelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Ayahnya merupakan Sultan Jamaluddin. 

Pada masa pemerintahannya yang mencakup Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat dan Utara Irian Barat, Sultan Nuku berjuang dari satu wilayah ke wilayah lain melawan serta berdiplomasi dengan Belanda dan Inggris. 

Tujuannya, untuk membebaskan rakyat dari penjajahan. Dia diangkat menjadi pahlawan nasional pada 7 Agustus 1995 oleh pemerintah RI.

Willem Johannes Latumenten

Willem Johannes Latumenten merupakan salah satu pahlawan nasional dari Maluku yang lahir pada 16  April 1916 di Saparua sebagai keturunan keluarga besar Latumeten dari Desa Rutong di Pulau Ambon. 

Ayahnya, yaitu Prof. Dr. Y.A. Latumenten, seorang pejuang dan ahli penyakit jiwa. W.J. Latumenten mengenyam sekolah tinggi di Geneeskundige Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pengabdiannya untuk negara dimulai pada zaman revolusi fisik hingga kemerdekaan. 

Pernah menjabat di Kementerian Penerangan, Departemen Olahraga dan menjadi Pembina Olahraga. Dia pernah mendirikan Sekolah Tinggi Olahraga di Jakarta, membentuk PERBASI, membina para atlet yang akan terjun ke ASEAN GAMES IV pada 1962 dan GANEFO pada 1963 juga menjadi Sekretaris Umum Komite Olimpiade Indonesia Pusat pada 1955 - 1964. 

Dia juga sering bertindak sebagai juru bicara delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Ketika meninggal dunia pada 23 Maret 1965, dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta dan dianugerahi Lencana Bakti oleh pemerintah Indonesia.

Sultan Babullah

Sultan Babullah diangkat sebagai Sultan Ternate pada 1950 menggantikan ayahnya Sultan Hairun yang dibunuh oleh Portugis. Terjadi perang antara Ternate dan Portugis sejak 1570 hingga 1575 karena sejak kematian ayahnya Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang hingga semua orang Portugis terusir dari daerah kekuasaannya. 

Pengepungan Sao Paulo, Benteng Portugis merupakan tindakan pertamanya dan berlangsung sampai lima tahun lamanya hingga Portugis menyerah. Setelah wafatnya pada Juli 1583, dia digantikan oleh Sultan Said yang berkuasa sejak 1583 hingga 1606. 

Mr. Johannes Latuharhary

Mr. Johannes Latuharhary dilahirkan dalam satu keluarga guru pada 6 Juli 1900 di Desa Ulath, Pulau Saparua. Beliau merupakan keturunan dari keluarga besar Latuharhary dari Desa Haruku, Pulau Haruku. Beliau merupakan putra Maluku pertama yang berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Leiden, Belanda. 

Sekembalinya ke Indonesia, dia menjadi advokat yang berjuang untuk menolong rakyat kecil dalam penegakan hukum dan keadilan untuk melawan pemerintah Belanda yang sewenang – wenang. 

Selain itu dia juga aktif dalam Sarekat Ambon dan pergerakan nasional, bahkan kemudian memimpin Sarekat Ambon. Setelah kemerdekaan, Mr. J. Latuharhary diangkat menjadi Gubernur Maluku pertama yang berkedudukan di Yogyakarta. 

Mr. Johannes Latuharhary kembali ke Ambon setelah pemberontakan RMS ditumpas pada 1950. Dia meninggal dunia pada 8 November 1959 di Jakarta dan dianugerahi Bintang Jasa Mahaputra Pratama oleh Pemerintah Indonesia.

Kapitan Kakiali

Kapitan Kakiali merupakan seorang putra Tepil yang digelari Kapitan Hitu dan merupakan keturunan Perdana Jamilu ( Nusapati), dan salah seorang dari para pemimpin Hitu di Jasirah Hitu, Ambon. 

Kakiali merupakan pahlawan dalam perang Hitu I pada 1634 hingga 1643 melawan VOC. Pada 1935 Kakiali ditangkap dengan tipu daya Belanda ketika berunding dan dibuang ke Batavia serta dipulangkan ke Hitu pada 1637 untuk menentramkan rakyat Hitu yang semakin bergolak. 

Bersamaan dengan itu juga datang Gubernur Jenderal van Diemen yang menjalankan politik adu domba dengan meminta bantuan Sultan Hamzah dari Ternate untuk melawan Hitu.

Saat Kakiali sedang menyusun rencana untuk meminta bantuan Makassar, dia dikhianati oleh teman-temannya. Kapitan Kakiali dibunuh oleh Fransisco de Toire, orang Spanyol yang disogok uang oleh Belanda. 

Kakiali ditikam dengan keris saat sedang tidur dan meninggal seketika. Perjuangannya diteruskan oleh Kapitan Tulukabessy dan Imam Rijali pada Perang Hitu II, 1643 hingga 1646.

Itulah pembahasan mengenai Pahlawan Nasional dari Maluku. 

Editor: Kurnia Illahi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut