Kisah Inspiratif Maria Regina, Tolak Kerja di Amerika demi Mengajar di Kampung Halaman NTT
JAKARTA, iNews.id - Kisah inspiratif Maria Regina Jaga, sosok perempuan tangguh asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia menolak bekerja di Amerika, tentunya dengan bayaran tinggi dan memilih membantu perbaikan pendidikan di kampung halaman di NTT lewat aksi dan ide-ide barunya.
Perempuan tangguh kebanggaan NTT ini sekarang bekerja menjadi dosen di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Background pendidikannya seorang sarjana dalam bidang pendidikan Bahasa Inggris. Dia merupakan salah satu alumni penerima beasiswa LPDP.
Inja, panggilan akrabnya selalu kritis dan menyimpan banyak keresahan tentang sistem pendidikan di daerahnya, terutama tentang pendidikan anak usia dini. Usia dini merupakan masa paling penting dalam pertumbuhan karena 90 persen perkembangan otak anak tercapai di usia 5 tahun.
Inja merupakan salah satu alumni LPDP, lulusan Auburn University, Amerika Serikat dengan spesifikasi pada Early Childhood Education yang membidangi dan mengurus secara lebih spesifik berkaitan dengan bagaimana implementasi pembelajaran yang cocok untuk pendidikan anak usia dini.
Ketika ditanya kenapa dia memilih jurusan yang sedikit berbeda, Inja mengaku hal itu merupakan salah satu passionnya sekaligus keresahannya.
“Alasan saya memilih proses belajar yang sedikit lebih berbeda itu berkaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di daerah saya. Saya juga punya momen masa kecil, kami tidak mendapatkan secara proper atau secara baik proses belajar untuk anak-anak. Kami langsung diarahkan untuk belajar sesuatu yang mempersiapkan kami untuk karier. Berbeda dengan pendidikan anak usia dini, yang dipersiapkan mental emosionalnya. Itu tidak ada di Indonesia Timur di zaman saya,” ujar Inja dikutip dari laman Media Keuangan Kemenkeu, Rabu (17/1/2024).
Usaha Inja membuahkan hasil. Dia lulus kuliah dan mendapat gelar masternya dengan IPK sempurna. Karena kecemerlangannya, beberapa perusahaan di Amerika menawarkan pekerjaan dengan gaji fantastis namun semua tawaran ditolaknya.
“Saya baru benar-benar belajar apabila ilmu yang saya pakai itu saya bawa pulang dan saya jadikan sebagai solusi atas problem yang ada di daerah saya,” kata Inja. “
"Ilmu saya akan mati kalau hanya akan dipakai saya sendiri. Segala sesuatu mungkin yang dianggap biasa-biasa saja di luar negeri akan menjadi sangat luar biasa buat orang yang membutuhkan. Jadi saya harus pulang. Uang bisa saya cari, berkat tidak saja semata-mata berupa uang, tapi berkat adalah ketika kamu tahu bahwa apa yang kamu pelajari bermakna dan berguna buat orang lain,” ucapnya lagi.
Editor: Donald Karouw