get app
inews
Aa Text
Read Next : Partai Perindo Hadiri Launching Buku Maestro Tari Bali Anak Agung Gde Ngurah Mandera

Biografi Gerrit Agustinus Siwabessy, Ilmuwan Maluku yang Dijuluki Bapak Atom Indonesia

Minggu, 26 Februari 2023 - 07:00:00 WIT
Biografi Gerrit Agustinus Siwabessy, Ilmuwan Maluku yang Dijuluki Bapak Atom Indonesia
Patung GA Siwabessy di Kompleks Fakultas Kedokteran Unpatti, Ambon, Maluku. (ANTARA/DedyAzis)

AMBON, iNews.id - Biografi Gerrit Agustinus Siwabessy, ilmuwan dan politikus Indonesia asal Maluku. Semasa hidupnya, dia pernah menjabat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional pada 1964 dan Menteri Kesehatan tahun 1966-1978 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto.

GA Siwabessy dijuluki sebagai Bapak Atom Indonesia. Dia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang lahir di Ullath, Saparua, Maluku pada 19 Agustus 1914 dari pasangan petani cengkih bernama Enoch Siwabessy dan Nace Manuhuttu.

Saat berusia 1 tahun, GA Siwabessy harus kehilangan ayahnya yang meninggal karena sakit. Sang ibu memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang guru terpandang bernama Yakob Leuwol.

Memiliki ayah sambung yang berprofesi sebagai seorang guru membuat Siwabessy kecil dapat mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga menengah. Kendati demikian, pada masa itu, tak mudah baginya untuk tetap bersekolah di tengah situasi perang di Indonesia.

Siwabessy kecil harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke sekolah, kedua kakaknya pun sering bergantian menggendongnya karena harus untuk menempuh perjalanan jauh.

Berkat jerih payah dan kekompakan keluarganya, pada 1931, GA Siwabessy berhasil menyelesaikan studi setingkat SMA di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, (MULO) di Kota Ambon.

Prestasinya yang gemilang di MULO mengantar Siwabessy menjadi penerima beasiswa untuk meneruskan pendidikan kedokteran ke Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), Surabaya.

Di NIAS inilah Siwabessy dipanggil dengan julukan Upuleru, yang dalam bahasa tanah (tanah/asli) Maluku Tengah artinya 'dewa' atau 'pelindung'.

Sebutan ini terus dipakai teman-temannya semasa perjuangan 1945. Itu sebabnya ketika Siwabessy menulis memoarnya yang diterbitkan Gunung Agung pada 1979, disepakati judul memoar tersebut ”Upuleru”.

Begitu lulus dari NIAS pada 1941, dia langsung diminta Belanda dan dipekerjakan sebagai dokter penuh dengan fasilitas sangat memadai pada pusat pengeboran perusahaan minyak Belanda, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Cepu, Jawa Tengah.

Pada Maret 1942 tentara Jepang memasuki Indonesia sehingga timbullah kekacauan yang mengharuskan semua orang Eropa dan para dokter yang berdinas di BPM Cepu mengungsi ke Surabaya.

Di kota itu, Siwabessy bertemu dengan dr Sutjahyo, kawan lamanya di NIAS yang memegang kedudukan penting di Bagian Radiologi dan Bagian Paru-paru Rumah Sakit Simpang, Surabaya. Dia meminta bantuan Siwabessy untuk memimpin bagian radiologi.

Keahlian Siwabessy pada bidang radiologi di kemudian hari juga terasah oleh para seniornya, DRM Notokworo dan Dr Abdulrachman Saleh.

"Sebetulnya beta (saya) tidak terlalu tertarik pada radiologi. Semasa mahasiswa, beta lebih banyak tertarik pada fisika dan karena hubunganku dengan dr Latumeten, Kepala Rumah Sakit Jiwa Lawang, beta tertarik pula pada bidang psikiatri (ilmu jiwa klinis). Namun demi kelangsungan hidup, beta rela bekerja dalam bidang radiologi. Dengan demikian beta masuk ke bidang yang sama sekali baru bagiku. Tidak kuduga ketika itu, bahwa keputusan yang kuambil secara terpaksa ini akan menentukan jalan hidup kemudian, baik pada masa krisis pada pendudukan Jepang maupun dalam masa revolusi dan masa merdeka," tulis Siwabessy dalam memoarnya "Upuleru" dikutip Sabtu (25/2/2023).

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, di situlah titik awal Siwabessy muda yang aktif pada organisasi mahasiswa Maluku. Dia semakin giat memperjuangkan kembali hak-hak bangsa Indonesia.

Hingga pada 1949 dr Leimena, Menteri Kesehatan saat itu merekomendasikan agar Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi.

Saat memperdalam bidang radiologi itu, Siwabessy banyak berkenalan dengan para ahli atom dari bidang terkait, seperti fisika nuklir, kimia, biologi, fisika-radiasi, kimia-radiasi, biologi radiasi dan radioterapi.

Selain itu Siwabessy juga melihat pengobatan kanker di London sudah banyak menggunakan hasil penemuan dan penyinaran atom. Hal-hal inilah banyak memberi wawasan baru yang kelak di kemudian hari diterapkan di Indonesia.

Karya Siwabessy kini juga terukir di Departemen Radioterapi di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pada 1952 Amerika Serikat berhasil meledakkan bom hidrogen pertama berkode Ivy Mike di Atol Eniwetok, Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik.

Bagian dari rangkaian percobaan bom nuklir yang sudah dimulai sejak 1948 (berakhir 1958; total 43 percobaan) di kepulauan tersebut.

Khawatir terhadap dampak percobaan bom nuklir tersebut bagi Indonesia, Presiden Soekarno menunjuk Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Siwabessy untuk mengatasi masalah ini.

Pada 1954, dibentuklah Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom yang diketuai Siwabessy dengan para anggotanya, terdiri atas elemen-elemen Angkatan Darat, Angkatan Udara, Badan Metereologi, (UI), Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan RSPAD Gatot Subroto.

Siwabessy pun membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada di bawah Sekretariat Negara dan Siwabessy sebagai direkturnya.

Selain itu negara juga memandang perlu agar didirikan fakultas yang mempelajari ilmu dasar di bidang fisika, kimia dan matematika untuk menghasilkan tenaga ahli. Lagi-lagi Siwabessy ditunjuk pemerintah untuk mewujudkannya.

Dia pun menjadi pendiri Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia, Siwabessy ditunjuk sebagai Dekan FIPIA UI pertama (1963-1965).

Hingga pada tahun 1962 Presiden Soekarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), berada langsung di bawah presiden dan Siwabessy sebagai Direktur Jenderal pertama Batan. Pada 1965, dia diangkat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.

Hingga di suatu malam yang tenang pada 11 November 1982, Siwabessy mengembuskan napas terakhirnya di Jakarta.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut