Analisis BMKG Gempa Besar M6,8 Guncang Tanimbar Maluku akibat Deformasi Lempeng Banda
JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap hasil analisis atas gempa besar Magnitudo 6,8 yang mengguncang Tanimbar, Maluku, Selasa (28/10/2025) malam. Gempa tersebut tergolong menengah dan terjadi akibat aktivitas deformasi batuan di dalam lempeng bumi Banda.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, sumber gempa berada di dalam slab atau lempeng yang menunjam ke bawah.
“Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Banda,” ujar Daryono dalam keterangannya dikutip Rabu (29/10/2025).
Dari hasil analisis mekanisme sumber, BMKG menemukan gempa memiliki pergerakan mendatar turun (oblique normal). Pola ini umum terjadi di wilayah yang mengalami tumbukan antara lempeng Australia dan lempeng Pasifik yang membentuk kompleks tektonik Banda.
“Hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Kendati demikian, BMKG mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan berintensitas lebih kecil.
BMKG melaporkan gempa terjadi pada pukul 21.40 WIB, dengan titik koordinat 6,81 lintang selatan dan 130,1 bujur timur atau sekitar 183 kilometer barat laut Maluku Tenggara Barat (Tanimbar). Kedalaman pusat gempa tercatat 185 kilometer di bawah permukaan laut.
Getaran kuat gempa dirasakan di Saumlaki dengan skala intensitas IV MMI atau terasa jelas oleh banyak orang di dalam rumah. Sementara di wilayah Tual, Tepa, Sorong, Kaimana, Manokwari, Maybrat, Raja Ampat, Sorong Selatan dan Teluk Bintuni, gempa dirasakan dengan intensitas III MMI. Pada level ini, getaran terasa nyata di dalam rumah dan seperti truk besar yang melintas.
Adapun di Fak-fak dan Dobo, intensitas getaran berada pada kisaran II–III MMI. Sementara wilayah Nabire merasakan getaran skala II MMI, yang hanya dirasakan oleh beberapa orang dengan benda-benda ringan bergoyang.
Wilayah Maluku bagian tenggara hingga Laut Banda dikenal sebagai salah satu kawasan dengan aktivitas seismik tinggi di Indonesia. Posisi geografisnya yang berada di pertemuan tiga lempeng besar Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik, membuat kawasan ini sering mengalami gempa.
Editor: Donald Karouw