Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI), Corry Yanti Manullang mengungkapkan Teluk Kayeli, Pulau Buru, Maluku tercemar limbah merkuri. Foto: Antara

AMBON, iNews.id - Konsentrasi total merkuri (THg), di Teluk Kayeli, Pulau Buru, Maluku, telah melebihi batas maksimum cemaran logam berat di laut dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration, NOOA) Amerika Serikat (AS). Limbah merkuri berasal dari penambangan emas di Gunung Botak dan Gogorea.

Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI), Corry Yanti Manullang, menyebutkan, berdasar penelitian sampel sedimen laut dari sembilan lokasi di Teluk Kayeli pada 2017, ditemukan total merkuri berkisar antara 0,035 hingga 4,802 mg/kg-1 DW. Hasil ini telah melebihi ambang batas cemaran logam berat dari NOAA, yakni 0,15 mg/kg-1 DW.

"Merkuri, kadmium dan timbal yang terlepas ke laut tidak mudah larut dan cenderung terakumulasi di sedimen atau di dalam tubuh biota laut. Karena itu, logam berat tersebut termasuk dalam kategori pencemar yang paling berbahaya," kata Corry, Kamis (24/6/2021).

Dia mengatakan, limbah merkuri di Teluk Kayeli merupakan hasil penambangan di Gunung Botak pada 2011 dan di Gogorea setahun setelahnya. Merkuri digunakan untuk mengekstraksi emas menggunakan trommel dibuang begitu saja melalui Sungai Anahoni, Waeapo, Kayeli dan Gogorea, kemudian bermuara dan mengendap di Teluk Kayeli.

Mengendapnya limbah merkuri di Teluk Kayeli mengancam kehidupan masyarakat pesisir. Sebab Teluk Kayeli merupakan kawasan tangkapan ikan

"Teluk Kayeli merupakan kawasan penting untuk daerah tangkapan ikan, untuk mendukung kehidupan sehari-hari sekitar 50.000 masyarakat desa pesisir," ucap Corry.

Studi yang dilakukan pada Juli 2012 menemukan tingkat total merkuri di sekitar Teluk Kayeli berkisar antara 0,548-3,564 mg/kg-1 DW. Pengambilan sampel lainnya pada pada tahun 2013 melaporkan merkuri telah meningkat lebih dari 20 kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya, yakni 7,8 mg/kg-1 DW.

Selain merkuri, logam berat berbahaya lainnya seperti kadmium (Cd) dan timbal (Pb) juga terdeteksi mengendap di sungai-sungai sekitar Gunung Botak dan Gogorea. Besarannya juga melebihi batas yang diizinkan NOAA.


Editor : Erwin C Sihombing

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network