JAKARTA, iNews.id - Maluku dengan hasil rempah-rempahnya (Pala dan cengkeh) pernah menjadi surga dan tujuan orang-orang dari berbagai penjuru dunia. Bahkan secara berlebihan, para pelaut di masa lampau mengungkap aroma rempah Maluku sudah dapat tercium sepanjang puluhan mil sebelum mereka berlabuh di kepulauan tersebut.
Rempah Nusantara, khususnya rempah Maluku menjadi sejarah panjang dan fantastis tentang sebuah aroma bagi kehidupan manusia. Cita rasanya mendasari para penjelajah menempuh bahaya dan risiko kehilangan nyawa untuk menemukan pulau di Nusantara tersebut.
Dikutip dari jalur rempah Kemdikbud menyebutkan ,di masa lalu kerajaan-kerajaan imperialis Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda di Asia dibangun atas dasar pencarian rempah-rempah Maluku. Sebab hanya di pulau-pulau kecil vulkanis itulah pala dan cengkeh tumbuh, sedangkan di tempat lain tidak ditemukan kedua tanaman tersebut.
Tomé Pires dalam Suma Oriental menyebut pedagang-pedagang Melayu mengatakan, Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk buah pala dan Maluku untuk cengkeh. Barang perdagangan ini tidak dikenal di lain tempat di dunia ini, kecuali di tempat-tempat yang disebut tadi.
Namun wajah penasaran para penjelajah seketika berubah menjadi rakus yang tergambar dalam ekspresi kolonialisme dan imperialisme juga kapitalisme. Aroma dan cita rasa yang menjadi sumber kenikmatan surgawi bagi mereka, justru berbanding terbalik menjadi sumber kesengsaraan dan penderitaan yang mengakibatkan wilayah Nusantara masuk ke dalam lembah kelam.
Terlepas dari segala ambisi para penjelajah dalam menguasai komoditas yang berharga, juga faktor kelangkaan dan tingkat kesulitan yang tinggi untuk memperolehnya, rempah memang menjadi primadona selama berabad-abad.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait