Sejumlah warga melakukan penyaringan (sahani) parutan sagu di sebuah Walang Goti atau tempat pemarutan sagu di Dusun Waimamina, Desa Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Minggu (1/8/2021). Foto: Antara/FB Anggoro

Sagu tumang merupakan makanan khas Maluku yang bisa dikonsumsi dengan disiram air panas sehingga seperti bubur dengan tekstur yang kenyal. Di tingkat pengecer, harga sagu tumang bisa mencapai Rp70.000.

Menurut dia, warga hanya memanfaatkan mesin gergaji untuk mengolah sagu secara modern. Selebihnya sagu diolah dengan cara tradisional.

Batang pohon sagu ditebang dari hutan dan dipotong menjadi pecahan (mot), langsung dialirkan ke sungai menuju tempat pemarutan di bagian hilir. Tempat itu disebut Walang Goti yang biasanya sudah ada 4-5 pekerja. 

Di tempat itu, mot dipecah lebih kecil sehingga mudah untuk diparut, kemudian melalui proses penyaringan yang disebut Sahani. Tahap sahani dilakukan secara manual yakni menyaring serbuk sagu dengan kain di air mengalir. 

Hasilnya sagu berwarna putih akan mengendap di dasar wadah penampung yang didesain seperti cetakan berukuran panjang. Hasil penyaringan itu disebut sagu tumang.

Menurut dia, permintaan sagu dari Desa Tulehu masih tetap stabil dan tidak terpengaruh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dia meyakini sebagian besar warga Maluku masih mengonsumsi sagu sehingga pemesanan dari Desa Tulehu tetap stabil.

"Tidak terpengaruh PPKM, pesanan sagu tetap saja ada karena sagu sudah jadi seperti makanan utama bagi sebagian besar warga," kata Fadli.


Editor : Erwin C Sihombing

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network