Bagian dalam masjid terbesar dan termegah di Maluku, Masjid Al Fatah Ambon .(Antara/DedyAzis)

Perdana Menteri Republik Indonesia saat itu Ir Djuanda Kartawidjaya adalah tokoh yang merintis berdirinya Masjid Raya Al atah Ambon. Pada 1962 ketika dia berkunjung ke Ambon, berdialog bersama pemerintah daerah yang dipimpin Gubernur Maluku Mohammad Padang serta tokoh agama Mohammad Amin Ely, Hamid bin Hamid, Abdullah Solissa dan Ahmad Syukur untuk mendirikan masjid raya yang lebih besar di Kota Ambon.

Setelah melalui usaha dan perjuangan gigih dari panitia, dengan Surat Keputusan tertanggal 10 Juli 1962 Nomor : 18/Peperda Maluku/7/1962, penguasa perang daerah menunjuk dan menetapkan luas areal tanah tempat pembangunan Masjid Raya Al-Fatah, kurang lebih 1 hektare, berdampingan dengan areal Masjid Jami’ Ambon.

Pada 1968 diperbaharui lagi susunan pengurusnya dan dapat diperkuat dengan tenaga-tenaga yang lebih representatif dan produktif, mengingat volume kerja mulai mendominasi lapangan kegiatan panitia.

Kemudian 1975 Masjid Raya Al Fatah Ambon selesai dibangun atas kerja keras panitia pembangunan masjid dalam menyelesaikan anggaran pembangunannya sebesar Rp20 miliar.

Saat ini kompleks Masjid Al Fatah tak hanya digunakan untuk ibadah saja. Di dalamnya ada Taman Pendidikan Quran, gedung sekolah dasar, SMP, SMA, rumah sakit, bahkan memiliki stasiun radio sendiri untuk menyebarkan dakwah-dakwah islami di bumi raja-raja tersebut.

Di Bulan Ramadhan seperti saat ini, Masjid Al Fatah tampak lebih ramai dari biasanya seiring dengan tumbuhnya iman pada jamaah yang datang.

"Saya istirahat sebentar sekaligus Shalat Ashar di sini, selain udaranya sejuk, bisa sambil membaca Al Quran," ujar seorang warga, Hamdi Wally.

Bahkan, selama Bulan Suci Ramadhan di sekeliling masjid itu biasa dipakai untuk berjualan takjil hingga perlengkapan shalat. Mereka memajang dagangannya menggunakan rak kayu sederhana di bawah tenda berukuran 2x2 meter persegi atau menggunakan mobil bak terbuka yang disulap menjadi tenan dadakan.

Menurut Ketua Yayasan Masjid Al-Fatah Hadi Basalamah, pihaknya ingin masjid yang menjadi ikon Maluku itu bisa menjadi tempat kemajuan ekonomi, religi dan budaya bagi umat Islam di Kota Ambon.

Pada Ramadhan 1444 Hijriah, pihaknya menghadirkan Dr Buya Arrazy Hasyim, ulama tasawuf guna menyemarakkan Bulan Suci Ramadhan di kota tersebut.

Buya Arrazy Hasyim merupakan mubaligh dan ulama Indonesia yang merupakan pendiri dan pengasuh Ribath Nouraniyah Hasyimiyah. Kehadiran Buya Arrazy Hasyim tersebut merupakan satu dari rangkaian semarak Ramadhan di kompleks Masjid Al-Fatah.

Selain ceramah dari Buya Arrazy Hasyim, yayasan masjid itu juga menggelar acara tahunan, seperti buka puasa bersama gratis, kajian sebelum tarawih, dan iktikaf pada 10 malam terakhir di Bulan Ramadhan.

Karena keindahan arsitekturnya, selain menjadi tempat ibadah, Masjid Al Fatah juga menjadi salah satu tujuan wisata religi untuk menikmati keelokan dan kemegahan bangunannya.

Keberadaan masjid memang bukan sekadar sebagai rumah ibadah secara mahdah. Bahkan, sejak zaman Nabi Muhammad SAW, masjid sudah difungsikan sebagai tempat berkegiatan positif bagi Muslim, mulai dari pendidikan, kebudayaan hingga perekonomian umat.


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network