Menurutnya, tim ekspedisi membawa uang sebanyak Rp10 miliar untuk ditukarkan ke masyarakat yang ada di lima pulau tujuan ERB. Dia menjelaskan, untuk penukaran uang pecahan Rp100.000 sebanyak Rp3,3 miliar, pecahan Rp50.000 jumlahnya Rp3,3 miliar, pecahan Rp20.000 sebanyak Rp1,2 miliar dan sisanya uang pecahan kecil sehingga totalnya Rp9,8 miliar.
Sedangkan uang yang ditarik Rp9,3 miliar itu, lanjut dia merupakan uang lusuh, sisanya 20 persen uang pecahan besar.
Dia menyampaikan, tingginya uang lusuh di masyarakat karena keterjangkauan perbankan yang terbatas, apalagi lima pulau tersebut masuk dalam daerah 3T.
Selain itu, BI juga melakukan penukaran uang di bank-bank yang berada di daerah terluar seperti Kabupaten Pulau Taliabu dan Kepulauan Sula.
Dia menuturkan,kesadaran masyarakat untuk menjaga uang rupiah juga masih rendah sehingga uang yang beredar baru dua bulan sudah lusuh. Menurutnya, BI dalam ekspedisi tersebut juga melakukan edukasi kepada masyarakat cara agar uang tidak cepat lusuh.
Dia menceritakan, saat ekspedisi tersebut ada kios yang menolak uang koin sehingga uang koin yang diterima masyarakat tidak bisa dibelanjakan. Tim ekspedisi juga mengedukasi ke masyarakat agar tidak menolak uang logam karena uang logam merupakan uang yang resmi dikeluarkan oleh negara.
"Sehingga, BI Malut pada masa mendatang, akan fungsikan kas keliling di kawasan 3T agar terus dijalankan untuk menyasar ke daerah di Malut yang masuk daerah 3T," ucapnya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait