Pada 1952 Amerika Serikat berhasil meledakkan bom hidrogen pertama berkode Ivy Mike di Atol Eniwetok, Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik.
Bagian dari rangkaian percobaan bom nuklir yang sudah dimulai sejak 1948 (berakhir 1958; total 43 percobaan) di kepulauan tersebut.
Khawatir terhadap dampak percobaan bom nuklir tersebut bagi Indonesia, Presiden Soekarno menunjuk Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Siwabessy untuk mengatasi masalah ini.
Pada 1954, dibentuklah Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom yang diketuai Siwabessy dengan para anggotanya, terdiri atas elemen-elemen Angkatan Darat, Angkatan Udara, Badan Metereologi, (UI), Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan RSPAD Gatot Subroto.
Siwabessy pun membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada di bawah Sekretariat Negara dan Siwabessy sebagai direkturnya.
Selain itu negara juga memandang perlu agar didirikan fakultas yang mempelajari ilmu dasar di bidang fisika, kimia dan matematika untuk menghasilkan tenaga ahli. Lagi-lagi Siwabessy ditunjuk pemerintah untuk mewujudkannya.
Dia pun menjadi pendiri Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia, Siwabessy ditunjuk sebagai Dekan FIPIA UI pertama (1963-1965).
Hingga pada tahun 1962 Presiden Soekarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), berada langsung di bawah presiden dan Siwabessy sebagai Direktur Jenderal pertama Batan. Pada 1965, dia diangkat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.
Hingga di suatu malam yang tenang pada 11 November 1982, Siwabessy mengembuskan napas terakhirnya di Jakarta.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait