Cuaca ekstrem juga melanda Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menyebabkan satu korban jiwa dan berdampak pada 73 kepala keluarga (KK) atau 292 jiwa. Sebanyak 16 rumah rusak berat, dan warga yang terdampak sementara mengungsi ke rumah kerabat.
Kemudian, di Jawa Tengah, banjir merendam sekitar 150 rumah warga di Kabupaten Demak. Air mulai surut dan pemerintah melakukan peninggian tanggul serta perbaikan saluran air untuk mencegah banjir susulan.
Kota Semarang mengalami dampak yang lebih besar, dengan lebih dari 12.000 rumah terendam dan 38.000 jiwa terdampak. Pemerintah kota menetapkan status Tanggap Darurat hingga 5 November 2025. Bantuan logistik dan pembersihan lingkungan masih terus berlangsung.
Sementara itu, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, masih meningkat. Gunung yang berstatus Level IV (Awas) ini berdampak pada 746 kepala keluarga atau 2.836 jiwa yang masih mengungsi.
Kondisi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat mulai terkendali. Berdasarkan pantauan satelit, tidak ditemukan hotspot signifikan pada 24 Oktober 2025, meskipun luas lahan terbakar sejak awal tahun telah mencapai lebih dari 25.000 hektare.
BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri dan instansi terkait untuk memastikan penanganan darurat berjalan efektif dan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.
"Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seiring dengan perubahan cuaca di akhir Oktober ini," ucapnya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait