get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Raja Mataram Hukum Mati Orang Kepercayaanya karena Berkhianat

Kisah Soekarno Minta Izin Shalat di Tengah Rapat Bikin Warga Rusia Ini Kagum

Senin, 07 Maret 2022 - 22:50:00 WIT
Kisah Soekarno Minta Izin Shalat di Tengah Rapat Bikin Warga Rusia Ini Kagum
Presiden Soekarno saat berkunjung ke St Petersburg, Rusia. (Foto: KBRI Moskow)

JAKARTA, iNews.idKisah Presiden pertama RI, Ir Soekarno meminta izin untuk menunaikan shalat zuhur di tengah berlangsungnya rapat membuat kagum warga Uni Soviet yang kini bernama Rusia. 

Sangkin kagumnya dengan sosok Soekarno, warga Rusia itu menamai anggota keluarganya dengan nama Soekarno.

Nama warga Rusia tersebut Musa Gashimovich. Dia warga Dagestan, salah satu negara bagian dalam Federasi Rusia dan merupakan republik terbesar di Rusia yang terletak di utara Kaukasus. 

Saat itu, Musa yang menjabat sebagai ketua kelompok tani atau kolkhoz menghadiri sidang Partai Komunis di Kremlin. Sidang Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet digelar pada hari Jumat. 

Diketahui, Presiden Soekarno datang ke negara Uni Svoiet pada Juni 1961 bersama sejumlah kepala negara lainnya. 

Ketika sidang masih berlangsung dan waktunya zuhur, Soekarno tiba-tiba berdiri. Dia meminta izin kepada Sekjen Partai Komunis, Nikita Khrushchev, meninggalkan ruangan untuk menunaikan shalat. 

Nikita Khrushchev pun mengizinkan Sukarno meninggalkan ruangan sidang. Aksi Sukarno rupanya membuat kader Partai Komunis, Musa Gashimovich kaget. Dia nyaris tidak percaya. 

Wajar saja dia terkejut melihat Soekarno menunaikan shalat. Di zaman itu, Uni Soviet melarang kegiatan beragama, termasuk salat bagi umat Islam. Umat beragama harus beribadah secara diam-diam.

Musa Gashimovich diam-diam kagum pada Presiden Sukarno karena berani meminta izin untuk salat zuhur. Apa yang dilakukan oleh Sukarno sangat luar biasa, di luar pikiran kebanyakan orang Rusia ketika itu, termasuk Musa. 

Ternyata kekaguman Musa Gashimovich pada Sukarno juga sangat besar. Dia sampai menamai anaknya yang lahir pada 1962, Sukarno, tepatnya Sukarno Musaevich atau Sukarno bin Musa. 

Kisah Nikita Khrushchev ini diceritakan oleh M Wahid Supriyadi​ yang masih menjabat Duta Besar LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus pada 2019. Dia mengetahui sejarah ada keluarga bernama Sukarno di Rusia dari Abdulaev Ibragimgadzi, Kepala Pusat Nusantara, yang diresmikannya pada 26 Maret 2019.

"Menurut Abdulaev, Musa sempat menulis surat kepada KBRI Moskow kala itu untuk meminta izin memberi nama anaknya "Sukarno", tapi tidak pernah dijawab," tulis M Wahid Supriyadi​," dikutip iNews.id dari situs resmi Kemlu, Senin (7/3/2022).

Penamaan Soekarno berlanjut hingga generasi keempat atau keturunan ketiga Musa. Salah seorang putra Soekarno Musaevich, menamai anaknya Soekarno Kamilevich atau Soekarno bin Kamil. 

Saudara sepupu Kamil, Muhammad, anehnya juga menggunakan nama Soekarno. Namanya Soekarno Magomedovich atau Soekarno bin Muhammad. Kamil menamainya Soekarno karena kekagumannya pada sosok pendiri bangsa Indonesia tersebut. 

M Wahid Supriyadi berkesempatan bertemu langsung dua anak bernama Soekarno itu, yakni Sukarno Kamilevich atau dalam bahasa Indonesia Soekarno bin Kamil, berumur 12 dan Sukarno bin Muhammad (Rusia: Soekarno Magomedovich), berusia 10 tahun. 

Orang tua mereka kakak adik, jadi mereka saudara sepupu. Mereka tinggal sekitar 1 jam naik mobil dari Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan dan datang ke Makhachkala atas undangan Abdulaev Ibragimgadzi, Kepala Pusat Nusantara yang diresmikan pada 26 Maret 2019.

"Nah, berarti kedua anak yang datang pada peresmian Pusat Nusantara tersebut, Sukarno bin Kamil dan Sukarno bin Muhammad, adalah cicit dari Musa Gashimovich yang hadir di sidang Kongres Partai Komunis Uni Soviet 1961," kata M Wahid Supriyadi.

Ternyata, sampai saat ini nama Spekarno juga masih banyak dikenal oleh generasi tua, terutama di kota-kota yang pernah dikunjungi Presiden Sukarno. Kota-kota itu seperti Moskow, Saint Petersburg, Yekaterinburg, Sochi dan Samarkand yang sekarang masuk wilayah Uzbekistan.

Di Samarkand, sampai saat ini masyarakatnya meyakini bahwa makam Imam Bukhari dibangun oleh Uni Soviet atas jasa Sukarno. Konon, Sukarno bersedia memenuhi undangan Nikita Khruschev dengan syarat makam Imam Buchari ditemukan. 

"Benar saja, Khruschev memenui syarat itu. Sukarno sendiri dalam rangkaian kunjungannya tahun 1956 mengunjungi makam tersebut dengan perjalanan kereta api yang ditempuh sekitar tiga hari," katanya. 

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut