Bambu Gila, Tradisi Mistis Nan Unik Asal Maluku yang Bisa Bikin Pesertanya Pingsan
JAKARTA, iNews.id - Sebuah tradisi yang erat kaitan dengan nuansa mistis masih dimainkan oleh masyarakat Maluku hingga saat ini. Tradisi tersebut adalah bambu gila, yang biasa dikenal masyarakat setempat sebagai buluh gila atau bara suwen.
Diyakini, tradisi bambu gila pertama kali muncul jauh sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke Tanah Maluku. Meski hingga saat ini belum ada literatur yang secara khusus membahas mengenai warisan budaya ini.
Permainan ini biasa dilakukan oleh masyarakat di Desa Liang, Kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Pada Provinsi Maluku Utara, bambu gila biasa ditemui di sekitar Kota Ternate.
Permainan ini dimainkan sedikitnya oleh tujuh orang, mayoritas laki-laki. Mereka mendekap sebilah bambu berukuran sepanjang 2,5 meter dan lebar delapan cm menggunakan kedua tangan.
Namun, bambu yang digunakan untuk tradisi ini tak bisa sembarangan. Bambu harus melewati serangkaian ritual khusus oleh tetua di Maluku sebelum bisa digunakan.
Pawang akan terlebih dulu meminta izin kepada roh yang menghuni hutan bambu sebelum ditebang menggunakan alat tradisional. Setelahnya bambu dicuci menggunakan minyak kelapa dan dihiasi kain pada setiap ujungnya.
Sebelum permainan dimulai, pawang akan membakar kemenyan yang disimpan dalam tempurung kelapa. Kemenyan digunakan sebagai media untuk memanggil roh para leluhur.
Pawang selanjutnya akan membacakan mantra untuk memanggil roh yang akan dimasukkan ke dalam bambu tersebut. Mantra tersebut berbunyi:
Au Upu Mateane, Au Wupu Tuhinane
Imoi lou Imoi Laha
Imi Apa Jin-Jin 150 Malaikat
Ale Imi Bantu You
Berkat La Ila Hailala
Berkat Muhammad Razul Allah
Berkat Upu Acan Bisa Mustajab
Setelahnya, pawang akan mengembuskan asap kemenyan pada bambu yang digunakan dalam permainan. Lantas, bambu yang didekap oleh para peserta berangsur-angsur berguncang hingga sulit dikendalikan.
Guncangan itu menandakan roh leluhur telah masuk dalam bambu tersebut. Bambu akan semakin sulit dikendalikan ketika pawang berteriak, "Gila, gila, gila!"
Saat atraksi dimulai, alat musik tradisional lantas dilantunkan. Perpaduan musik yang tercipta dari tifa, genderang, hingga gong semakin membuat bambu berguncang hebat.
Para peserta mesti bisa mengendalikan agar bambu tersebut dapat tenang. Namun tak jarang mereka kewalahan.
Terlebih ketika tempo musik yang dimainkan menggunakan alat musik tradisional dipercepat. Bambu seakan bertambah berat dan menari-nari semakin liar.
Atraksi pun berakhir saat para peserta jatuh pingsan. Meski begitu, kegilaan sang bambu tidak lantas berakhir sebelum pawang memberikan makan dengan api menggunakan kertas yang dibakar.
Biasanya, permainan bambu gila ditemukan saat upacara adat Maluku seperti acara-acara besar hingga pernikahan.
Editor: Rizky Agustian