JAKARTA, iNews.id - H Salahuddin bin Talibuddin menjadi satu di antara lima pejuang yang akan dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional di tahun 2022. Sosoknya selama 32 tahun dinilai telah berjuang dan ikut membangun Indonesia berdasarkan Pancasila.
Salahuddin merupakan nama yang diusulkan dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Dia pejuang merah putih di masa pra dan pascakemerdekaan.
“Beliau pernah dibuang ke Boven Digoel tahun 1942 dan juga dibuang ke Sawahlunto tahun 1918-1923,” ujar Menko Polhukam Mahfud MD selaku Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, Kamis (3/11/2022).
Sosok H Salahuddin Talabuddin atau yang lebih dikenal H Salahuddin lahir di Desa Gemia, Kecamatan Patani, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara tahun 1874.
Pada 1928, dia masuk Serikat Islam yang dibentuk di Ternate 1925 dengan pengikut yang cukup banyak. Salahuddin lolos dari penangkapan pemerintah Belanda saat pemberontakan, namun akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Boven Digoel, Papua.
Pada 1938, dia bergabung dengan PSII dan duduk dalam kepengurusan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) bersama M Arsyad Hanafi, MS Djahir, AS Bacmid dan lainnya.
Karena kegiatannya politiknya, dia dipenjarakan di Nusakambangan. Kemudian dipindahkan ke Boven Digoel pada 1948. Oleh Jepang, dia dibebaskan pada 1942 dan memilih untuk sementara waktu menetap di Sorong.
Pada 1946, pindah ke kepulauan Gebe kemudian kembali ke kampung halaman di Patani. Di Pulau Gebe, kawasan Halmahera Timur (sekarang Halmahera Tengah), inilah Salahuddin mendirikan sebuah organisasi keagamaan Islam bernama Sarikat Jamiatul Iman wal Islam.
Di kalangan pengikutnya, organisasi ini terkenal dengan nama Sarikat Islam (SI). Tujuannya mempertahankan agama Islam dan Negara Republik Indonesia di bawah Bung Karno dan Bung Hatta yang baru saja diproklamasikan.
Tugas paling utama SI pada masa awal berdiri yakni menyebarluaskan proklamasi. Hal ini dilakukan H Salahuddin sejak masih berada di Raja Ampat dan Sorong. Dia gencar menyebarluaskan cita-cita proklamasi, penduduk dari empat desa di Pulau Gebe pun berbondong-bondong menjadi anggota SI.
Jumlah anggota SI hingga akhir bulan Januari 1947 telah mencapai lebih dari 3.000 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan, anak-anak yang berangkat remaja ikut pula bergabung ke dalam SI.
Dakwah-dakwah Salahuddin tentang republik yang baru berdiri dan perlawanan SI terhadap para penentangnya telah menyadarkan rakyat Haloiyutrewmahera Timur dan Papua Daratan, khususnya di Distrik Gebe, Patani, Raja Ampat dan Sorong.
Salahuddin juga mengajarkan berbagai ritual keagamaan seperti zikir dan doa yang dibaca secara bersama-sama. Tetapi, yang paling menarik dari gerakannya yakni berzikir mengelilingi kota patani seusai salat subuh.
Di samping dakwah Islam, pada setiap kesempatan Haji Salahuddin selalu menjelaskan SI mendukung Negara RI di bawah pimpinan Soekarno dan Moh Hatta. Dia memfatwakan wajib hukumnya bagi orang Islam mendukung Negara Republik Indonesia dan haram hukumnya bekerja sama dengan pemerintah Kolonial Belanda.
Salahuddin ditangkap pada 1947. Sejak penangkapannya, die bersama enam pimpinan teras SI dijadikan terdakwa. Pada bulan Juli 1947, dimulailah proses persidangan pengadilan Negeri Ternate yang dilangsungkan di Tidore.
H Salahuddin dan enam pimpinan SI dituduh secara bersama-sama menghasut rakyat melakukan makar, serta secara tanpa hak ingin merobohkan kekuasan dan pemerintahan yang sah serta menggantinya dengan Pemerintahan Republik Indonesia.
Pada 13 September 1947 HS dan keenam pemimpin lainnya dinyatakan bersalah dan dijatuhkan hukuman. Hj Salahuddin dihukum mati, Khadi Abdul Hadi dihukum 12 tahun penjara, sementara kelima pimpinan sayap militer lainnya masing-masing dihukum dari 6 hingga 9 tahun penjara.
Pada 6 Juni 1948, kejaksaan Ternate mengeksekusi putusan Pengadilan Negeri, setelah Letnan Gubernur Jemdral Van Mook menolak permohonan grasi Haji Salahuddin yang diajukan kejaksaan.
Haji Salahuddin dibawa ke lapangan tembak militer di Skep Ternate dan tepat jam 06.00 WIT Haji Salahuddin dieksekusi di depan regu tembak. Jasad Almarhum kemudian dimakamkan di perkuburan Islam Ternate
Haji Salahuddin seorang pemipmpin karismatik dan sangat berwibawa. Para pengikutnya percaya dia mempunyai indera keenam. Atas perjuangannya, dia kini ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait