Berikut pandangan masyarakat terkait fenomena ngemis online. Mereka tidak setuju karena fenomena itu salah. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Fenomena ngemis online tengah disorot oleh banyak kalangan, khususnya masyarakat. Sebut saja kasus viral nenek mandi lumpur di TikTok demi mendapatkan uang secara sukarela dari para penontonnya.

Almira Diella, seorang social media specialist, mengaku tak setuju dengan fenomena itu. Menurut dia, orang-orang saat ini tergiur dengan iming-iming menghasilkan uang secara mudah dengan bermodal live TikTok.

Namun, kemudahan itu berpotensi disalahgunakan oleh orang yang memiliki mental enggan berusaha dalam mencari uang. Terlebih, menurut dia, respons penonton siaran live mengemis online cukup membingungkan.

"Yang nonton juga salah. Kalau gak mendukung, kenapa masih ada aja yang ngasih gift-gift atau stiker dan koin? Mungkin buat beberapa pihak ya itu buat hiburan, tapi dengan adanya fenomena itu kan justru mereka mendukung ngemis online" kata Almira kepada iNews.id, Rabu (8/2/2023).

Senada dengan Almira, Andi Kurniawan, seorang content creator yang terkenal dengan slogan 'Salam Bekal' juga menyatakan ketidaksetujuannya dengan fenomena ngemis online. Bagi dia, media sosial seharusnya bisa menjadi ajang meningkatkan kreativitas.

"Kalau diteruskan dan dibikin normal akan jadi negativity, bikin orang lebih males, menurunkan tingkat kreativitas seseorang terutama untuk mendapatkan uang" kata Andi.

Sementara itu, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret, Rezza Dian Akbar mengatakan, konten mengemis online bukan hal positif. Hanya saja, dia mengajak masyarakat untuk memahami fenomena ini dari berbagai faktor.

"Kita harus bisa melihat dari perspektif dari pemerintah negara, masyarakat dan dari pasar market yang membuat kenapa hal-hal kaya gini bisa terjadi" kata Rezza Dian Akbar kepada iNews.id, Rabu (8/2/2023).

Menurut dia, konten seperti ini berkaitan dengan skema supply and demand. Dia menyebut, konten semacam ini akan terus terjadi karena memiliki pasar tersendiri.

Lebih lanjut, para pembuat konten yang akhirnya diberi label pengemis online ini juga melihat profit atau keuntungan. Tanpa peluang tersebut, menurut Rezza, mereka tak akan melakukan itu.

"Orang suka dengan (konten) kaya gini," kata Rezza.

Selain itu, kata dia, keberadaan figur publik tertentu juga berpengaruh terhadap keputusan para konten kreator untuk mengemis online. Mereka menjadikan para publik figur sebagai referensi konten mereka.

Namun pada kenyataannya, menurut Reza, masyarakat lebih bisa menerima konten yang disajikan para publik figur karena telah dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. Beda halnya dengan para pengemis online yang seakan mendapat penerimaan lebih sempit dari masyarakat.

Padahal jika ditarik benang merahnya, kata dia, mengemis online maupun konten nyeleneh publik figur sama-sama bermuara untuk mendapatkan keuntungan.

"Mereka bisa punya banyak ide karena apa yang mereka lihat di TV kalau kita mau jujur apakah itu gak aneh-aneh? Bedanya adalah di TV itu punya bungkus tampak lebih elegan karena ada label selebriti" kata Rezza.

Melihat fenomena mengemis online yang viral, Reza menyebut konten seperti itu sifatnya periodik. Sehingga dengan mudah muncul dan tenggelam.

Oleh karena itu, dia menilai masyarakat tak perlu terlalu merespons terlalu dalam. Artinya, semakin masyarakat menanggapi, konten mengemis online ini akan semakin viral.

"Justru kalau kita menjadikannya seolah hal yang penting, itu akan membuat magnitude  dari hal tersebut menjadi makin eksis dan viral. Kalau masyarakat menanggapinya biasa, maka hal tadi itu tidak akan booming dan seviral ini," katanya.


Editor : Rizky Agustian

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network